Bali, Agung Post
Hatta Rajasa kalah, Kongres Partai
Amanat Nasional (PAN) mendadak sepi. Para pendukung Hatta Rajasa memutuskan tak
menghadiri hari-hari berikutnya Kongres PAN, pasca-diputuskan ‘Jagonya’ kalah
perolehan suara dari Zulkifli Hasan yang terpilih sebagai Ketua Umum PAN untuk
periode 2015-2020.
Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Dewan
Pengurus Pusat (DPP) PAN, Yandri Susanto, mengklaim, Kongres PAN tetap berjalan
meski tanpa dihadiri oleh para pendukung mantan Menteri Koordinator
Perekonomian itu. "Tetap sah, karena sudah kita skors 10 menit, tapi
mereka tetap tidak mau hadir," kata Yandri. Ia juga membantah kabar yang menyebut ketidakhadiran
pendukung Hatta di tengah Kongres karena dihalangi dirinya. "Kalau ada
informasi begitu, itu fitnah. Saya yakin itu diembuskan oleh orang-orang tak
bertanggungjawab," tegasnya.
PAN, dinilai berada dalam posisi merugi
besar setelah menggelar kongres IV di Bali. Pasalnya, walau berhasil mendapat
Ketua Umum baru, Zulkifli Hasan, Partai yang lahir di era Reformasi ini justru
kehilangan salah satu tokohnya, Wakil
Ketua Umum DPP Dradjad Wibowo. Pasca Kongres, Drajat memutuskan mengundurkan
diri dari politik praktis dan kepartaian, dan menyatakan ingin menekuni
profesinya sebagai ekonom. Ia juga menyatakan, sebenarnya sudah memiliki niat
mundur sejak 2009 yaitu ketika sudah tidak bersedia maju lagi untuk dijadikan
calon anggota legislatif di DPR. "Namun panggilan tugas kepartaian membuat
saya ikut memimpin PAN. Terima kasih atas kerja sama dan persahabatan
teman-teman semua selama ini," tutur Dradjad, kepada para wartawa.
Sementara, politikus PAN sekaligus
pengamat hukum, Andri W Kusuma, merasa prihatin dengan keputusan Dradjad yang
mundur dari Partai berlambang Matahari tersebut. "Saya pribadi mengucapkan
selamat kepada Bang Zul, semoga ke depan bisa membawa PAN ke arah lebih baik.
Tetapi, saya prihatin dengan mundurnya Mas Dradjad. Ini kehilangan besar bagi
PAN," ungkap Andri. Masih menurut Andri, PAN membutuhkan sosok
berintegritas seperti Dradjad yang sudah teruji loyalitasnya ke garis Partai.
Sekarang dengan Drajad berada di luar PAN, maka akan lebih bebas dalam berbagai
hal, baik itu buah pikirannya atau pendapatnya sehingga dapat bermanfaat bagi
masyarakat secara luas. "Paling rugi ya PAN. kehilangan kader
terbaik," kata Andri yang mengaku banyak belajar politik dari Dradjad selama
di PAN. Andri juga menyatakan akan mengikuti jejak Dradjad yang keluar dari
PAN. "Pada kesempatan ini saya juga mengucapkan selamat tinggal kepada
PAN. Semoga PAN lebih baik ke depannya," tegas Andri
Terpisah, salah satu pendiri PAN, AM
Fatwa, menghargai keputusan dua kader partai matahari terbit yang memilih
mundur dari jabatannya pasca-Kongres IV di Bali. Kader yang menyatakan mundur
itu adalah Drajad H Widodo, dan Ketua Fraksi PAN di DPR Tjatur Santo Edy yang
tak lain adalah loyalis Hatta Rajasa. Anggota DPD asal DKI Jakarta itu
menyebutkan, sudah saatnya Drajad kembali ke profesi lamanya sebagai seorang
pengamat dan tenaga profesional. Untuk Tjatur, menurutnya, lebih baik mundur
teratur dari jabatannya yang sekarang. "(Drajad) kembali terhormat karena
kita butuhkan sebagai tenaga profesional. Kalau Tjatur saya kira cara
berpolitik yang santun juga. Bahwa dia merasa lebih nyaman dengan kepemimpinan
Hatta,” tukasnya, kepada wartawan.(red/ang)