SETELAH vakum selama 12 hari
karena ada permasalahan dengan PT.Golden Blossom Sumatera (GBS) akhirnya
angkutan batubara milik PT.Energate Prima Indonesia (EPI) dari Lahat menuju
pelabuhan batubara yang ada di wilayah Desa Prambatan Kecamatan Abab Kabupaten
PALI kini bisa beroperasi kembali. Beroperasinya
armada angkutan batubara milik EPI ini bukan tanpa alasan namun melainkan sudah
mendapat izin dari PT.GBS setelah beberapa kali melakukan pertemuan dengan
pihak perusahaan perkebunan kelapa sawit tersebut akhirnya mengijinkan armada
batubara melalui jalan PT GBS.
Hal ini disampaikan JABAT, koordinator operasional PT EPI, kepada “ AP-OL” jumat (3-3) menurutnya Sesuai dengan addendum II pinjam pakai jalan miliknya. Namun dijelaskannya bahwa pihak EPI saat ini sedang membuat jalan sendiri sepanjang 17 kilometer namun jalan sepanjang itu perlu proses dan waktu. Tetapi ada sebagian sudah bebaskan," ungkapnya.
Serta dirinya berharap kedepan tidak ada lagi kendala, sebab apabila armada batubara terhenti, banyak warga yang menggantungkan hidupnya pada mobilisasi batubara dan mereka mengeluh.
"Hampir 700 sopir nganggur sementara, warung makan tutup serta warga yang biasa bekerja sebagai jasa pembuka terpal mobil batubara libur akibat terhentinya mobilisasi kita. Ke depan diharapkan tidak terkendala lagi, agar selain perusahaan bisa untung, perekonomian masyarakat juga tetap berjalan," harapnya. Aktifnya kembali angkutan tersebut menurut Jabat sejak tanggal 1 Maret kemarin, tapi belum maksimal, berkemungkinan besar pada Jumat malam semua angkutan sudah beroperasi. (st- “ap-ol”)
Hal ini disampaikan JABAT, koordinator operasional PT EPI, kepada “ AP-OL” jumat (3-3) menurutnya Sesuai dengan addendum II pinjam pakai jalan miliknya. Namun dijelaskannya bahwa pihak EPI saat ini sedang membuat jalan sendiri sepanjang 17 kilometer namun jalan sepanjang itu perlu proses dan waktu. Tetapi ada sebagian sudah bebaskan," ungkapnya.
Serta dirinya berharap kedepan tidak ada lagi kendala, sebab apabila armada batubara terhenti, banyak warga yang menggantungkan hidupnya pada mobilisasi batubara dan mereka mengeluh.
"Hampir 700 sopir nganggur sementara, warung makan tutup serta warga yang biasa bekerja sebagai jasa pembuka terpal mobil batubara libur akibat terhentinya mobilisasi kita. Ke depan diharapkan tidak terkendala lagi, agar selain perusahaan bisa untung, perekonomian masyarakat juga tetap berjalan," harapnya. Aktifnya kembali angkutan tersebut menurut Jabat sejak tanggal 1 Maret kemarin, tapi belum maksimal, berkemungkinan besar pada Jumat malam semua angkutan sudah beroperasi. (st- “ap-ol”)