\MESRA.
Wagub Sumsel, H. Ishak Mekki, Bupati Lahat, H. Syarifuddin Aswari Rifai dan
Mantan Gubernur Sumsel, H. Syahrial Oesman,
tampak mesra
dengan ber-selfy-ria di suatu pertremuan.
SIAPA bilang
dunia politik itu sadis, siapa bilang dunia politik itu bengis, sehingga banyak
orang
menganggapnya
sinis? Tidak bagi politisi yang kini menjabat sebagai Wakil Gubernur (Wagub)
Sumsel, Ir.
H. Ishak Mekki, MM. Dunia politik itu justru sebaliknya bagi dirinya, asyik
meski penuh
intrik.
Banyak teman di sana banyak pula pelajaran yang diperoleh.
Ini
setidaknya simpul yang didapat ketika mengikuti perjalanan politik Ishak Mekki
yang sarat dengan
permainan
sepanjang tahun 2017 yang dianggap banyak kalangan sebagai tahun politik negeri
ini.
Sebagai
pemimpin partai di tingkat provinsi, yakni Ketua DPD Partai Demokrat Sumsel, H.
Ishak
Mekki banyak
menerima kedatangan para ‘pelamar’ partai yang minta diusung menjadi Calon
Gubernur
(Cagub) di negeri Sriwijaya ini. Padahal, dia sendiri adalah salah seorang
Cagub.
Tentu saja
manakala partainya membuka peluang pendaftaran, siapa saja, warga negara boleh
mendaftarkan
diri, termasuk para masing-masing ketua partai yang berminat. Tak itu juga,
dirinya
pun ikut
pula mendaftarkan diri di masing-masing partai yang membuka peluang
pendaftaran.
“Itu
mekanisme partai yang niscaya kita lakukan, ketentuan dan keputusan tentu saja
ada di tangan
pucuk
pimpian partai tertinggi di Jakarta sana,” kata Ishak suatu hari tentang hal
ini.
Namun bukan
ini yang menajdi topik bahasan, melainkan di luar ketentuan formal partai, ada
hal
yang
istimewa yang tak dapat dilepaskan dari para pelaku politik yang merupakan
‘suku’ asli daerah
ini, yakni
jati diri warga yang sarat dengan humanis, kekeluargaan dan penuh dengan rasa
saling menghargai, saling menghormati satu sama lain. Beberapa pekan lalu, dia
melalui timnya mengambil formulir di salah satu partai di sekretariatnya di Palembang.
Di sini, Ishak disambut dengan pantun oleh petinggi partai, “
Buah Sirsak
Buah Durian, Pak Ishak Memang Sudah Kami Tunggu Nian”. Sebaliknya Ishak pun
melalui perwakilannya membalas pantun “Buah Sirsak Buah Kedondong, Bantu Ishak
Dong”, tak ayal suasana tegang pun mencair. Begitu juga ketika mantan Bupati
OKI dua periode ini menrima kunjungan mantan Gubernur Sumsel, Syahrial Oesman
yang akrab disapa SO dan mantan Walikota Palembang, Eddy Santana Putra atau
ESP yang
sama-sama mengambil formulir pendaftaran Cagub di sekretariat Partai Demokrat
Sumsel,
ketiganya
tak luput saling lontar ‘joke’ yang sangat segar. Sehingga suasana politis yang
semestinya
serius itu
menjadi penuh dengan canda. Akibatnya, mereka saling mengenang masa lalu,
karena mereka pun sama-sama satu alumni yakni alumni Unsri dengan jurusan yang
sama pula – Teknik Sipil. Ketika SO menjadi gubernur, Ishak dan Eddy adalah
bawahannya, yakni bupati dan walikota.Kini, mereka
bertiga sama-sama berniat maju di Pilgub Sumsel 2018, masing-masing dengan
predikat yang sama yakni Calon Gubernur Sumsel. Entah drama apa yang bakal
terjadi ketika suasana perpolitikan di daerah ini mengerucut kelak.Tak lama
setelah itu, Ishak pun menerima kehadiran Pucuk Pimpinan PDIP Sumsel, H.
Giri Ramandha Kiemas yang mengambil formulir di Demokrat paling akhir. Di sini
‘joke’ untuk Giri pun terlontar dari mulut suami Hj. Tartila ini. “Buah
penghujung biasanya berasa manis,” lontaran ‘joke’ yang mencairkan suasana. Lebih
serunya citarasa politik negeri yang memberi banyak pelajaran bagi masyarakat
daerah ini, adalah pada Selasa lalu. Di sekretariat Partai Nasdem Sumsel, Ishak
Mekki yang
mengembalikan
formulir pencalonan bertemu dengan ‘juniornya’ yang tak lain adalah Ketua
Partai
Gerindra
Sumsel, H. Aswari Rifai, Bupati Lahat yang juga salah satu Calon Gubernur
Sumsel. Aswari
juga berniat
mengembalikan formulir yang sama. Disini, kedua tokoh Sumsel ini diterima
langsung oleh dedengkot mereka H. Syahrial Oesman. Tak pelak pula, suasana
ingar bingar pun terjadi. Ketiganya yang sama-sama sosok humanis saling lempar canda
sehat dan tak terkesan bakal saling bersaing. Ketiganya hampir lupa maksud dan
tujuan masing-masing. Yang ada adalah fenomena pendidikan politik bagi generasi
bangsa terkhusus di Sumsel. Aswari yang merasa junior ‘sungkem’ kepada sang
senior,
Ishak Mekki, begitu juga kepada SO. Meski formalitas berlangsung, seusainya
mereka saling berangkulan dan ber-selfy-ria sebagai simbol persahabatan dan
persaudaraan yang tak pernah lekang hanya karena panasnya suhu politik di antero
Sumsel.(her-“ap-news”)