SEMINAR Media
Gathering SKK Migas 2017 di Tanjung Pandan, Belitung, Provinsi Babel,
berlangsung sukses karena beda dengan kegiatan SKK Migas sebelumnya yang masih
terkesan setengah hati dalam pematerian. Namun, seminar media gathering yang berlangsung, tanggal. 29-30-31 di BW Suite Hotel Tanjung Pandan, Belitung kali ini, bukan saja karena
keterbukaan para nara sumber dari Pertamina dan SKK Migas dengan pemaparan
materi terkait industri migas hulu-hilir
dan penjarahan migas secara jelas dan gamblang. Tapi, sesi tanya jawab sangat terbuka dengan ruang waktu cukup panjang. Sehingga, wajar saja kalau rangkuman hasil seminar
itu akan menjadi masukan dalam mengatasi krisis migas dimasa datang, demikan HM
SyarifuddinBasrie, S.I.Kom saat ditanya “AgungPost/ap-news” di akhir kegiatan seminar
kala itu.
Saat itu juga terungkap bahwa cadangan migas kita hanya
sampai 11 tahun kedepan, dan hingga saat
ini belum tahu bagaimana pemerintah menyikapi setelah kurun waktu yang singkat
itu berakhir.
Tiga nara sumber memaparkan materinya masing-masing seperti,
Api Darwis utusan dari Pertamina dengan
judul materinya “Kegiatan Operasi Hulu Minyak Gas Bumi” dikesempatan itu, Api,
menyampaikan seputar pengelolaan migas dari penyaluran hingga masalah pemasaran
serta keselamatan kerja (Safety) dan Corporate Social Responsibility menyangkut program bedah rumah 2016-2017. Selain
itu Api, menjelaskan bahwa PT Pertamina
Persero sesuai UU 22/2001 mempunyai struktur sebagai berikut; Pertamina
EP, Pertamina Hulu Energi, Pertamina EP Cepu, Pertamina Geothermal Energi, Pertamina Drilling Services Indonesia, dan
Pertamina Internasional EP. Masih katanya, Usaha Minyak dan Gas Bumi terbagi dua klasifikasi kegiatan usaha
seperti; Kegiatan Usaha Hulu meliputi Ekplorasi hingga ke Ekploitasi. Dan
Satunya lagi kegiatan Usaha Hilir meliputi Pengolahan, Pengangkutan,
Penyimpanan, dan Niaga.
Sedangkan nara sumber kedua yaitu; Sigit dari Pertamina yang memaparkan materinya
“Kegiatan Industri Hulu Migas di Indonesia” menerang seputar sejarah Industry
Migas di Indonesia, karakteristik industri migas menyangkut, Energi Tidak Terbarukan, Resiko Tinggi ???,
Tehnologi Tinggi, dan Biaya Tinggi. Keseimbangan Dalam Industri Migas terkait SKK Migas
meliputi, Resources (Geology Concept) berkaitan dengan Fiscal Regime menyangkut
Market dan Regulasi dan bagian-bagianya. Dan juga ada Contry berkaitan dengan Fairnes dalam hubungan
Investor dan Local People. Selian itu juga masalah “Tahapan Kegiatan Usaha Hulu Migas dari Ekplorasi ke
Produksi dengan rentang waktu puluhan tahun...red. Selain itu beberapa hal
juga termasuk masalah safety dan scurity juga dipaparkan Sigit.
Nara sumber ketiga Haswanto dari SKK Migas banyak
menyoroti seputar penjarahan di lahan
pengeboran dan penyadapan dengan
melobangi pipa saluran migas, walaupun sudah berlapis tenaga keamanan namun
penjarahan tetap saja berlangsung. Terkait materi, Haswanto ini, cukup banyak
mendapat umpan balik dari para peserta
yang terdiri dari 51 jurnalist utusan dari 51 media elektronik, media
online, dan media cetak yang di undang. Pada sesi terakhir ada pelatihan
jurnalist yang diperuntukkan bagi karyawan SKK Migas diramaikan oleh peserta
dari 51 media dengan tutor Firdaus Komar dari Surat Kabar Harian Berita Pagi
Sumsel. (tim/ap).