Mencari Sosok Ketua PWI Sumsel Zaman Now - AGUNG POST NEWS

16 Januari 2019

Mencari Sosok Ketua PWI Sumsel Zaman Now

Calon Kuat Ketua PWI Provinsi Sumsel Hadi Prayogo. _(ist-"ap-news")
NUANSA persaingan yang hiruk pikuk mulai terasa ditubuh organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumatera Selatan. Layaknya ajang pemilihan kepala daerah (Pilkada) saja, suasana persaingan kian panas menjelang hari pemungutan suara pada 26 Januari 2019 mendatang.
Suhu  panas, kian terasa manakala ada diantara calon yang sudah melakukan ‘penyerangan’ dengan cara-cara yang kurang elegan dan tidak sportif terhadap calon lain. Namun apa pula yang sibuk mencari masa dengan cara merebut simpati para anggota melalui pemulihan kembali  kartu-kartu  identitas ke PWI-an yang sudah kadaluarsa.  Ada pula calon yang menawarkan visi misi dengan segenap janji-janji. Tidak muluk memang, amat manusiawi dan menumbuhkan empati.
Begitulah dinamika yang terjadi saat ini.  Hujatan, merebut simpati dan menawarkan visi misi mungkin hal yang biasa saja dalam sebuah kompetisi. Terlebih PWI merupakan wadah wartawan yang cukup bergengsi untuk diduduki.
Terlepas dari hiruk pikuk yang ada yang lebih penting lagi menurut saya,  pemimpin PWI Sumsel ke depan haruslah orang yang mampu mengembalikan marwah organisasi ini kepada posisi yang sejatinya  lembaga ini adalah sebuah wadah besar yang telah turut memberi andil dalam membangun pemerintah khususnya dalam menciptakan suasana harmonis. Kita seluruh insan pers didaerah ini harus selalu ingat bahwa, pers (kita) adalah salah satu dari kekuatan pembangunan. Citra kita sebagai insan pers yang memiliki andil dalam kekuatan pembangunan itu harus tetap dipertahankan dengan cara-cara yang terhormat. Ibarat kata pepatah, kita dan pamerintah atau nara sumber : Duduk sama rata dan berdiri sama tinggi.
PWI Sumatera Selatan memiliki persoalan yang amat kompleks namun jika pengurus ke depan dapat bersinergi dan kompak, saya rasa tidak ada persoalan yang tidak bisa diselesaikan. Contohnya,  keberadaan kantor sekretariat yang hingga kini belum dapat direalisasi. Hal yang bagi saya sangat mendasar ini semestinya sudah dapat diperjuangkan keberadaanya. Apalagi jika harus menghitung waktu, sudah berapa usia PWI Sumsel itu kini. Begitu banyak insan pers yang bernaung dibawahnya yang memiliki pengaruh dan disegani baik pada masa lalu dan kini. Tapi sudahlah yang lalu biarlah berlalu.
Di depan mata tugas ketua PWI Sumsel ke depan semakin berat ditengah tantangan pesatnya  kemajuan teknologi dibidang informasi dan digitalisasi yang terjadi pada semua lini. Ketua ke depan, haruslah orang yang mampu menciptakan ruang yang didalamnya berkumpul insan pers dari berbagai kekuatan. Bersatu agar PWI Sumsel maju dan tidak dipandang sebelah mata. Tidak ada lagi suara-suara nyinyir dan sinis yang mengecilkan organisasi kita ini.
Keanggotaan salah satu organisasi profesi ini, jika dihitung jumlah anggota sudah mencapai lebih dari 500 awak media.  Untuk memimpin kekuatan yang tidak sedikit ini, ketua ke depan PWI Sumsel diharapkan mampu menjadi organisasi yang kian solid. Ketuanya harus menjadikan sekretariat sebagai tempat yang ‘dikangenin’ untuk dikunjungi. Tempat yang leluasa untuk berdiskusi. Wadah yang menjembatani dalam  memecahkan persoalan-persoalan yang tengah terjadi di daerah ini sehingga dapat memberikan solusi kongkrit. Baik untuk kepentingan daerah, pemerintah daerah  maupun organisasi. Ada kekuatan yang mampu dibangun pemimpin PWI Sumsel ke depan yang memperjuangankan kesejahteraan anggotanya, dengan membangun atau bekerjasama dengan pihak ke tiga dengan cara-cara terhormat, elegan dan bermartabat.
Tidak sulit saya kira, asalkan saja ketua PWI Sumsel ke depan adalah seseorang yang dengan ‘ego kebersamaan’ dan jauh dari kepentingan pribadi, apalagi numpang hidup diorganisasi namun sebaliknya menghidupkan organisasi dengan pola-pola membangun bersama dengan segenap potensi yang ada.
Ada tempat bertanya, ada tempat bertukar fikiran. Para senior kita seperti Prof Mustafa Abdullah, Asdit Abdullah, Kurnati Abdullah, dan tokoh pers Sumsel lainnya adalah mereka yang memiliki peran   strategis pada masa lalu dalam mempimpin organisasi ini.
Zaman memang telah berubah. Pemimpin boleh saja silih berganti, namun PWI Sumsel ke depan diharapkan dipimpin oleh tokoh yang memiliki ‘sense of  belonging’ yang tinggi dan tidak bergerak sendiri atau menciptakan kelompok demi kelompok sehingga organisasi menjadi tidak sehat dan didatangi disaat perlu saja. Banyaknya kartu-kartu yang ‘mati’ adalah parameter bagi kita semua, tempat bertanya kita semua, ‘kok’ sampai begitu banyaknya anggota PWI Sumsel yang kartunya tidak aktif. Ada apa dan ketika akan ada Konfercab baru ramai-ramai mengurusnya atau menjaring anggota baru untuk kepentingan perolahan suara. Sejatinya seperti itukah PWI? Mari kita sama-sama merenung dan menjawab sendiri-sendiri dihati dengan argumentasi suka-suka kita sajalah.
Mimpi saya ke depan, PWI Sumsel sebagai wadah saya berorganisasi (kendati kartu saja juga mati) organisasi kita ini dapat menjadi organasi yang menjadi markas atau rumah besar bagi insan pers daerah ini. Tempat mengundang nara sumber untuk berdialog menyelesaikan persoalan-persoalan yang tengah terjadi. Bermitra memberikan edukasi dengan berbagai instansi, mulai masalah pendidikan, ekonomi hingga sosial sehingga terjalin hubungan yang harmoni antara narasumber dan media. Menjadi kawah candradimuka bagi para awak media yang masih muda untuk menimba ilmu dengan cara memberikan pendidikan jurnalistik gratis. UKW gratis dan bila perlu ngopi juga gratis. Jadi mencipkan kehangatan ini adalah tugas pemimpin PWI Sumsel ke depan. Tidak membeda-bedakan mana media kecil atau besar, mana nasional dan daerah, mana televisi dan online. Semuanya punya kedudukan sama. Berdiri sama tinggi duduk sama rendah.
Konfercab PWI Sumsel sudah didepan mata. Saya berharap semua calon ketua yang akan berrkompetisi tetap memelihari kerukunan, kekompakan dan keamanan jalannya kegiatan yang berlangsung empat tahun sekali ini. Kita adalah satu, dan satu itu adalah PWI. Di luar sana banyak organisasi-organisasi pers yang telah diakui keberadaannya dan semoga Konfercab ini akan menjadi contoh bagi mereka bahwa untuk memilih ketua baru itu dilakukan semua anggota PWI Sumsel yang berhak memilik dengan etika tinggi.
Semoga dari kegiatan Konfercab PWI Sumsel kali ini akan datang sosok pemimpin baru. Pemimpin zaman now yang mampu berkolaborasi dengan membuat strategi yang menimbulkan simpati dan tidak anti dengan kritik serta masukan dari anggotanya. Pemimpin yang mengayomi, berwibawa dan rendah hati, karena PWI Sumsel itu rumah kita, organisasi kita dan pemimpinnyapun pemimpin kita bersama. (Ida Syahrul).

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda