DIREKTUR Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiyadi menyebut Bus Sriwijaya yang tewaskan 26 orang dalam kecelakaan di Pagar Alam, Sumatera Selatan layak jalan. Namun, ia menduga bisa saja ada gangguan di bus tersebut.
"Sementara yang saya dapatkan dari petugas di lapangan, dari perizinan, kemudian dari uji KIR layak jalan. Tapi bisa saja tiba-tiba remnya rusak, ada gangguan, atau pengemudi jam 11 malam itu lagi ngantuk kali," ujar Budi di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Selasa (24/12/2019).
Budi menuturkan petugas dari Dinas Perhubungan Provinsi sudah melakukan pengecekan terhadap bus tersebut. Menurutnya, dari hasil pengecekan diketahui bahwa KIR dan surat izin kendaraan masih aktif.
"Kemudian kendaraan itu baru dilakukan semacam berkondisi. Karena itu kendaraan tahun '99, sudah cukup lama juga tapi baru direkondisi tahun 2018. Artinya secara fisik bagus, tapi mesin lama. Tapi secara tahun masih boleh beroperasi, belum 25 tahun, baru 20 tahun, sampai 25 tahun masih boleh beroperasi," ujarnya.
Budi mengatakan kontur jalan di lokasi kecelakaan bus itu sangat curam dan berkelok. Menurutnya, pengemudi yang tidak berhati-hati dan menguasai medan akan sangat berbahaya.
"Jalan yang dari Pagar Alam sampai ke Lahat di sekitar Sungai Lematang itu konturnya turunan tajam kalau dari arah Pagar Alam. Kalau dari Lahat itu turunan cukup tinggi dan kemudian berbelok. Jadi kalau pengemudi tidak berhati-hati atau tidak menguasai medan ya bisa bahaya," kata Budi.
Budi menyebut Bus Sriwijaya itu tengah mengangkut penumpang dari Bengkulu ke Palembang. Namun, di lokasi kecelakaan diperkirakan bus tersebut menabrak pembatas jalan dalam kecepatan tinggi.
"Karena kendaraan Bus Sriwijaya berangkat dari Bengkulu itu siang. Sampai di Pagar Alam sekitar jam 11 malam, langsung kecelakaan nabrak tebing pembatas yang ke Sungai Lematang itu. Perkiraan saya kecepatan tinggi pas diturunan, jadi pas begitu nabrak langsung jatuh ke bawah," katanya.(lis/"ap-news")