Oleh : Drs H Iklim Cahya, MM ( Wakabid Humas KONI Sumsel/Mantan Ketum KONI OI).
PEKAN Olahraga Provinsi Sumatera Selatan (Porprov Sumsel) XIII tahun 2021 di OKU Raya telah berakhir dengan bermacam pernak-perniknya, baik plus maupun minus yang menjadi pengalaman dan pelajaran berharga untuk event di masa mendatang. Selanjutnya pasca Porprov, hal yang sangat penting dilakukan adalah bagaimana pembinaan atlet yang meraih juara, baik peraih medali emas, perak maupun perunggu. Baik dari nomor perseorangan maupun beregu. Karena pada hakikatnya event Porprov diadakan untuk menjaring atlet-atlet potensial untuk dibina lebih lanjut menjadi atlet Sumsel yang dipersiapkan untuk event berskala nasional, seperti PON dan Kejurnas.
Sudah selayaknya para atlet yang menjadi juara Porprov, terutama mereka yang meraih medali emas dan perak, direkrut dan dimasukkan sebagai atlet Sumsel (tingkat provinsi), terutama yang sifatnya perseorangan atau beregu kecil. Sedangkan cabor beregu besar seperti sepakbola, volly indoor, basket, bola tangan, dan hockey, para atlet yang direkrut tentu sifatnya atlet pilihan dari tim/regu yang terbaik. Disinilah peran tim pemandu bakat (talent scouting) sangat vital. Tindak lanjut para juara Porprov ini sejatinya ditangani oleh KONI Provinsi yang bekerjasama dengan Pengprov Cabor terkait. Para juara ini sebaiknya dipanggil kembali untuk dilakukan seleksi lanjutan. Nah bagi mereka yang terjaring akan dibina lebih lanjut oleh Koni Provinsi, sementara yang tidak terjaring dikembalikan ke kabupaten/kota.
Cara ini juga bisa digunakan oleh Koni Provinsi yang merupakan PB Porprov, untuk memastikan apakah atlet pemenang Porprov tersebut murni atlet daerah Sumsel atau hanya "dibon" untuk kepentingan sesaat. Kalau ternyata atlet peraih medali itu sifatnya "bonan" belaka, sudah selayaknya daerah dan cabor yang melakukan hal ini di black-list tidak boleh ikut Porprov berikutnya (Porprov XIV di Lahat). Bila perlu juga, medali yang telah diraih dalam Porprov XIII dibatalkan. Kalau hal ini dilakukan setidaknya akan memberi efek jera bagi kabupaten/kota yang berbuat demikian.
Nah kembali kepada tindaklanjut pembinaan terhadap para atlet juara Porprov yang telah lolos seleksi lanjutan, tentu mereka tercatat sebagai atlet provinsi. Mereka akan bergabung dan bersaing dengan atlet Sumsel eks PON Papua lalu. Dengan demikian maka gelaran Porprov bukan hanya sekedar ceremonial dua tahunan, tapi juga bermanfaat dalam memperkaya/menambah atlet tingkat provinsi.
Tentu dalam hal ini diperlukan biaya pembinaanes yang tidak sedikit. Bagi atlet dari daerah yang akan dibina oleh KONI provinsi, juga perlu pengaturan asrama/home stay dan juga tempat sekolah/kuliah bagi yang msh bersekolah. Hal-hal teknis dan soal pembiayaan tersebut harus direncanakan seapik mungkin. Tapi bisa juga dilakukan dengan pola lain, yakni atlet yang sudah promosi menjadi atlet provinsi ini, pembinaannya tetap di daerah kabupaten/kota, tapi dengan biaya dan kontrol ketat dari KONI provinsi. Masalah teknis ini bisa dirembukkan lebih lanjut mana yang paling baik dan paling mungkin dijalankan. Tapi esensinya bahwa para atlet pemenang Porprov, harus mendapat pembinaan lebih lanjut dan lebih baik.
Begitulah kalau Sumsel ingin memperbaiki prestasi di PON 2024 mendatang. Memang peringkat Sumsel pada PON Papua naik ke urutan 16 dari 34 provinsi, hal ini secara rangking lebih baik dibanding prestasi pada PON 2016 di Jawa Barat yang menempati peringkat 21. Tetapi hal ini masih belum bisa dibanggakan, apalagi Sumsel mempunyai fasilitas olahraga yang bertaraf internasional. Karena itu sepantasnya untuk bidang olahraga, Sumsel terbaik di luar Pulau Jawa. Setidaknya paling kecil masuk peringkat 10 besar secara nasional.
Karena itu untuk mencapai prestasi tersebut, memang harus dilakukan pembinaan atlet secara lebih intensif, terencana, terarah, dan berkelanjutan dengan kurun waktu yang memadai. Untuk menghadapi PON tahun 2024 di Sumut dan DI Aceh, setidaknya pembinaan harus dimulai paling lambat pertengahan tahun 2022 hingga menjelang PON tahun 2024.
Para atlet yang digembleng bersumber dari atlet yang memperkuat PON Papua lalu, ditambah para atlet pemenang Porprov XIII OKU Raya. Dengan stok atlet seperti ini, ditambah pembinaan sejak sekarang, mudah-mudahan prestasi Provinsi Sumsel di ajang nasional akan sesuai harapan. Inilah yang sejatinya ditindaklanjuti pasca Porprov di OKU Raya ini. Jangan lagi membuang banyak waktu.
Semua pihak yang terkait dalam pembinaan olahraga di tingkat provinsi mulai dari Dispora, Disdiknas, KONI dan Pengcabor, dengan didukung Gubernur dan DPRD, seyogianya satu persepsi. Dan persepsi itu tiada lain adalah pembinaan sejak sekarang, terpadu, objektif dan bertujuan mencetak juara/prestasi. Mengenai teknisnya bisa juga lokasi pembinaan para atlet tingkat provinsi ini, dibagi ke daerah2, tapi dengan catatan di bawah supervisi dan kontrol ketat tim olahraga provinsi. Ayo saatnya Sumsel cetak juara!. *****