FOTO: KadesTanjung Atap, Firmansyah. Jas Hitam Perintis & Tim Pelaksana Program Madrasah Diniyah Ogan Ilir, Marwansyah AlFatih SPd. Dan Kepala Sekolah Madrasah Diniyah, Ustadz Ali Mardamni. (foto/dok pers)
Tanjung Atap, "ap-news" online
MELIHAT dari dekat keberadaan realisasi program Satu Desa Satu Diniyah Pemda Ogan Ilir yang dirintis dan dijalankan Aktivis Pemuda Ogan Ilir, Marwansyah Alfatih, SPd. Mulai edisi ini ditampilkan hasil investigasi dari desa kedesa, Irvan Alriyansyah, SP, wartawan "Agung Post Group Online" Yang dirangkum sebagai berikut.
PROGRAM pendidikan satu desa satu diniyah merupakan Program Pemerintah Daerah Kabupaten Ogan Ilir, sebagai upaya agar anak anak sejak dini mendapatkan pendidikan agama yang lebih disamping pendidikan mata pelajaran umum disekolah umumnya. Sehingga, dapat membentuk karakter anak bangsa yang mampu membentengi dirinya dari pengaruh negatif atas kemajuan zaman. Demikian penjelasan, Firmansyah, Kepala Desa Tanjung Atap, Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir, dikediamannya Jum'at, (17 -7) kemarin.
Lebih lanjut, Kades Firman, mengatakan, pemerintah desa sudah tentu akan membantu dan memberikan perhatian pada Sekolah Diniyah didesa yang saya pimpin. Karena selain merupakan program Pemkab Ogan Ilir, juga sebagai pembentukan karakter anak-anak guna kemajuan masa depan ogan ilir khususnya Bangsa dan negara pada umumnya. Kalau kwalitas SDM banfsa negara yang dilahirkan nantinya dari ogan ilir, ini akan menjadi kebanggagaan tersendiri bagi daerah kita, harapnya serius.
Hanya saja, tutur Kades nyambung ceritanya, kita masih terbentur masalah dana yang terbatas yang berbagi-bagi dengan program lainnya karena dibagi dari dana desa dan alokasi dana desa.
Diakhir pembicaraannya, Firmansyah, mengatakan bahwa dia, mempunyai mimpi atau cita cita ingin menjadikan madrasah diniyah desa ini menjadi pondok pesantren.
Ditempat berbeda, Kepala Madrasah Diniyah Arrahmah Desa Tanjung Atap, Ustazd Ali Mardani, saat ditemui disekolahnya menjelaskan, sekolah diniyah ini berdiri tahun 2009, terdiri dari 10 ruang kelas tempat belajar, satu ruang guru dan sebuah musholla berdiri diatas tanah seluas 1075 meter persegi terbagi di tiga tempat berbeda tetapi tidak berjauhan satu bangunan dengan bangunan yang lain. Tanah bangunan salah satunya merupakan wakaf dari salah seorang warga didesa ini sedangkan dua bagian yang lainnya dibeli dari dana pribadi atau swadaya antar kepala sekolah dan guru dan pengajar yang disekolah yang dikoordinir kepala sekolah.
Kendala sekarang ini karena masa pandemi Covid 19. Imbasnya, orang tua "sepertinya" malas mendaftarkan anaknya untuk sekolah ini. Sehingga, jumlah penerimaan murid baru sangat berkurang, terangnya.
Dan lanjut, Ustadz Ali menyampaikan, harapan saya agar pemerintah lebih memperhatikan keberadaan Sekolah- sekolah Madrasah Diniyah. Terutama menyangkut insentif tenaga pengajar, sarana dan prasarana belajar seperti mobiler meja kursi, buku buku pelajaran, tegasnya.
Selain itu terang, Ustadz Ali, kita mengharapkan agar tenaga pengajar diberikan kesempatan tugas belajar untuk meningkatkan kwalitas lebih baik kedepannya, pungkasnya berharap. *****